04 Agustus, 2013

Jakarta Penuh Bandit, dan Ahok Menghajarnya!

OPINI | 04 August 2013 | 13:47


Gambar/kompas.com

Boni Hargens, pengamat politik UI pernah berujar ke media seperti dirilis kompas.com bahwa ketegasan Ahok pantas diapresiasi. Namun Boni berharap bahwa Ahok bisa meredam ucapan emosional yang kerap diutarakannya melalui media agar tidak kontraproduktif bagi prealisasian program-program unggulan Jakarta Baru. Mengingat saat ini, resistensi massa kian hebat atas ucapan-ucapan Ahok yang keras.

“Ketegasan yang dimiliki Ahok (sapaan Basuki) memang kita harus angkat topi untuknya. Namun, ucapan emosional yang kerap diutarakannya melalui media harus sedikit diredam. Dia harus lebih elegan menjalankan pemerintahan.

Sikap ketegasan dan ceplas-ceplos yang dimiliki Basuki justru dapat menjadi sasaran empuk lawan-lawan politiknya yang dapat menjegal pemerintahan Basuki. Menjegal yang dimaksud Boni adalah segala upaya menghambat kelancaran terealisasinya program-program unggulan Pemprov DKI. Hal itu dapat terlihat dari aksi unjuk rasa yang beberapa akhir belakangan kerap bermunculan.

Belakangan dalam sebuah wawancara eksklusif di sebuah stasiun TV, Boni Hargens malah mengatakan sebaliknya soal Ahok yang kesannya marah-marah. Menurutnya, Ahok tidak marah-marah, tetapi ekspresif dalam mengucapkan sesuatu dan Jakarta memang perlu orang dengan gaya kepemimpinan ceplas-ceplos ala Ahok:

“Kita harus melihat gaya kepemimpinan Ahok secara holistik…Hari ini harus diakui terjadi pergolakkan politik serius di bawah tanah. Kalau misalnya Jokowi menjadi presiden, maka yang harus menjadi Gubernur adalah wakil, Ahok. Dan berapa pelaku politik yang tidak akan suka dan tidak akan senang dengan situasi itu. Saya melihat, sebagai pengamat politik, ada upaya untuk mendobrak kemungkinan ini, mencegah kemungkinan Ahok menjadi gubernur. Jadi segala situasi ini dipolitisir. Saya tidak melihat Ahok seburuk kepemimpinan sebelumnya dan hampir tidak ada yang menonjol keburukkan sebelumnya dan hampir tidak ada yang menonjol buruknya. Maka, langka di Indonesia yang seperti ini. Presiden jauh lebih gak benar, kenapa kita tidak teriak?

Saya sendiri tidak pernah melihat apa yang menjadi masalah pada Ahok. Ini orang muncul bersama Jokowi pada situasi/dalam konteks yang penuh masalah. Jakarta adalah kotak persoalan, kotak pandora. Ahok muncul dengan sebuah keberanian. Gaya kepemimpinan Ahok adalah gaya yang ekspresif dan bertentangan dengan Jokowi. Karena itu, mereka berdua nyatu. Tetapi karena ketegasannya/ekspresif memang banyak orang dihajar. Jakarta ini penuh dengan bandit dan itu harus diakui. Dan dia (Ahok) hadir menghajarnya.

Saya pikir terlalu pagi untuk menyerang Ahok. Dan justru saya melihat gak ada yang salah pada Ahok. Bahwa banyak yang kecewa, iya…banyak yang marah, iya. Tapi Jakarta butuh orang seperti Ahok. Serius, Jakarta butuh orang yang tegas. Jakarta butuh Ahok, yang memang harus ceplas-ceplos. Persoalan di DPRD, itu persoalan politik. Ada yang gak suka itu wajar. Dan saya pikir gak ada pemimpin benar yang diterima semua orang. Pasti ada yang menolak. Dan inilah dinamika demokrasi. Dan sekarang yang paling penting adalah apa yang mereka lakukan. Kita akan terus melihat dan mengukur sejauh mana kualitas pemerintahan Jokowi-Ahok. Dan di situ akan ketahuan apakah mereka benar…dan yang sekarang marah adalah bandit-bandit semua.”

Secara politis, kehadiran pemimpin seperti ini mengganggu sistem kepemimpinan yang sudah lama. Kalau kita melihat dari kacamata penguasaan politik. Biasanya secara teoretis, dalam politik parokial, ada sejumlah orang kuat yang membangun sebuah sistem untuk mengatur politik. Mereka ini oleh sebagian ahli disebut sebagai “sistem orang kuat” atau patronase politik. Dan Ahok muncul bersama Jokowi, persis di luar sistem kotak ini. Dan mereka datang mendobrak sistem kotak ini. Dan anda melihat perubahan begitu jelas, meskipun itu baru mulai. Jadi, kalau sekarang ini banyak yang marah, buat saya, itu logis dan wajar. Karena banyak yang terganggu.

Artinya, saudara-saudara, mari kita fokus pada substansi. Menurut saya gaya kepemimpinan gak penting. Lihat motivasinya apa. Saya perhatikan dia ngomong begitu tegas dan jelas. Dan apa yang dia omong itu persoalan-persoalan. Dia marah pada persoalan, pada bandit-bandit yang merusak Jakarta.

(Terkait gaya politik santun versus politik ceplas-ceplos ala Ahok)…Saya melihat cara pandang ini diwariskan oleh Presiden SBY. Waktu dulu kita munculkan gerakan petisi 28 dan lain-lain, dia bilang demokrasi tu harus santun. Jadi, SBY menolak demonstrasi, protes, harus santun. Jadi, inikan defenisi demokrasinya presiden. Nah, sekarang kita semua disesatkan oleh sistem berpikir itu. Bahwa kalau nggeh, angguk, tunduk, itulah demokrasi. Gak, benar! Jakarta ini penuh bandit, harus diatur secara tegas, jelas. Coba sekarang, mau perda kaya apa pun, mau ustad kaya apa pun atau ada menteri yang mengatakan gak boleh ada perjudian di bulan puasa, masih ada tuh yang diam-diam buka. Tapi sekarang masih jauh lebih baik dari kepemimpinan sebelumnya. Artinya, Jakarta butuh orang yang tegas dan keras karena negara, kota ini kota bandit, banyak mafia di sini. Dan Ahok muncul mengganggu sistem mafia besar ini. Kalau banyak yang teriakin, demo: tanya siapa yang danain, siapa yang ada di belakangnya. Cek semua. Saya tahu pemain semua di belakangnya. Dan sekarang ada kegelisahan, kalau Jokowi jadi presiden, Gubernur pasti Ahok. Ini China, Kristen, mau jadi gubernur, marahlah banyak orang. Bandit-bandit ini yang sekarang bermain.

Mari kita fair-lah, kalau ada pemimpin yang benar kita kasih ruang, kita dukung. (Jadi ada dua tembakan yang disasar). Tembakkan pertama, Ahok jangan jadi gubernur. Tembakan kedua, Ahok ini peliharaan Prabowo. Supaya gara-gara Gerindra ini, Prabowo jangan jadi besar. Saya tidak peduli dengan urusan partai ini dan semua yang lain. Saya hanya mau mengatakan Jakarta sedang dipimpin orang benar. Mari kita dukung. Jangan kita kembalikan Jakarta ke tangan mafia.

Yang paling mendasar, saya melihat politik Indonesia, kita terlalu peduli dengan kesing, baju, topi, dengan penampilan. Lihat saja semua politisi di bulan puasa pakai peci, baju koko, jidatnya itam semua. Lihat saja, uang negara: bertambah atau berkurang? Berkurang, dikorup terus. Artinya apa? Lupakan format, pedulikan substansi! Ini yang paling penting. Gaya Ahok gak penting, yang penting kerjanya benar. Semua orang benar, di negara bandit pasti dilawan. Siapa sih yang berada di belakang layar? Ahok jadi gubernur banyak yang ketakutan. Masih jadi wakil gubernur saja, banyak yang sumber-sumber mata airnya mengering.

Apa yang disampaikan Boni Hargens ini sama-sama berani dan keras seperti omongan Ahok. Dia mengatakan apa adanya yang dialami Jakarta dan mungkin saja Indonesia. Indonesia bisa jadi dikuasai oleh mafia yang jaringannya merembet ke mana-mana termasuk ke dalam sistem pemerintahan bak akar kanker yang menggerogoti tubuh birokrasi di negeri ini.

Karena itu, Jakarta/Indonesia memang perlu pemimpin tegas, konsisten, tidak kompromistis terhadap penegakkan peraturan dan hukum. Indonesia perlu makin banyak Ahok-ahok lain, Jokowi-Jokowi lain yang berani mendobrak sistem yang mapan dengan aneka bentuk praktik mafioso. Karena hanya orang benar, bersih, yang bisa melawan sistem yang sudah korup digerogoti mafia ini. Orang seperti Jokowi-Ahok semakin banyak diperlukan oleh bangsa ini.

Andaikan Jokowi-Ahok bisa di-kloning, maka makin banyak gubernur/wagub yang seperti mereka untuk berbagai provinsi di Indonesia. Namun, kehadiran mereka memang memberikan pengharapan bahwa masih ada pemimpin-pemimpin terbaik dari negeri ini yang bisa berani tegas karena menegakkan kebenaran, serta tidak pandang bulu dalam menerapkan peraturan dan perudangan.

Semoga kehadiran mereka menginspirasi banyak kaum muda Indonesia sehingga bisa lahir pemimpin-pemimpin yang sungguh-sungguh diakui sebagai negarawan di sudut hati setiap rakyat yang mereka pimpin, meski tanpa harus mendapatkan sebuah penghargaan resmi sebagai negarawan dari bangsa lain.

Maju terus Jokowi-Ahok. Sikatlah mafia-mafia yang menguasai birokrasi Jakarta dengan gaya kalian masing-masing! Jakarta dan Indonesia memang membutuhkan pemimpin-pemimpin bernyali seperti anda untuk melawan bandit-bandit yang selama ini merasa nyaman dan mapan merampok kekayaan masyarakat Indonesia dan dibiarkan begitu saja oleh para aparatnya.

http://birokrasi.kompasiana.com/2013/08/04/jakarta-penuh-bandit-dan-ahok-menghajarnya-581670.html

1 komentar: