07 Juni, 2011

Kader Saling Serang, Partai Demokrat Susah Menang

JAKARTA(Suara Karya): Partai Demokrat mengalami krisis perpecahan internal yang akut yang membuat partai itu sulit menang dalam Pemilu 2014.
Pendapat itu disampaikan pengamat politik dari FISIP Universitas Indonesia Boni Hargens dan pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti di Jakarta, Minggu (5/6).
Boni Hargens mengemukakan, masalah internal Partai Demokrat berpotensi mengganggu partai itu dalam menghadapi Pemilu 2014.
"Sekarang mereka saling curiga, berusaha saling menjatuhkan dan tentunya lupa berpikir tentang konsolidasi antar-kader menuju Pemilu 2014, karena kubu-kubu di dalam partai ini ingin menjadi yang terbaik di 2014," kata Boni.
Boni mengatakan, menarik apa yang disampaikan oleh Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat Ramadhan Pohan bahwa ada "Mr A" yang ingin menghancurkan Partai Demokrat.
"Benarkah demikian atau gejala apa yang terjadi di internal demokrat? Siapa yang salah?," kata Boni.
Sebagai partai yang baru muncul sesudah reformasi 1998, yang tiba-tiba menjadi populer tak lepas dari peran Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang yudhoyono, Partai Demokrat tidak memiliki pengalaman yang cukup dalam hal konflik politik internal, konsolidasi dan majemen politik secara umum.
Bahkan antarkader sebetulnya tidak saling kenal. Karena ada satu poin dalam konsep kepartaian yang tidak dimiliki oleh para kader demokrat umumnya, yakni "memiliki motivasi dan tujuan yang sama".
Ikrar Nusa Bhakti menilai Partai Demokrat partai yang "acak kadut" karena antar-kadernya tidak solid dan saling menjatuhkan.
Ikrar menambahkan, belum lagi usai masalah, muncul nama Ramadhan Pohan yang menuduh politisi senior dari partai lain berniat menghancurkan Partai Demokrat melalui kasus Nazaruddin. Hal itu semakin memperlihatkan perang argumen di antara para politisi partai itu sendiri.
"Sesama kader mereka sendiri saling bantah dan saling serang. Ruhut (Ruhut Sitompul) bilang itu 'orang dalam' partai. Kemudian Pohan (Ramadhan Pohan) bilang, itu 'orang luar'. Lalu kemudian Jafar Hafsah bilang 'ah, itu yang diomongin si Pohan hanya pepesan kosong'," kata Ikrar.
Ikrar kemudian menirukan ucapan Ruhut Sitompul yang menyatakan Jafar Hafsah bukanlah dokter yang bisa menentukan kapan Nazaruddin sembuh dan harus pulang.
Menurutnya, jika memang Partai Demokrat merupakan partai politik yang benar, seharusnya permasalahan Nazaruddin maupun kasus-kasus lainnya bisa cepat diselesaikan. Para politisi partai itu justru bukan bertindak memperkeruh suasana dengan membawa nama partai lain sebagai pembuat kekacauan di Partai Demokrat.
Ikrar justru memuji Partai Golkar yang lebih baik dibandingkan Partai Demokrat dalam menyelesaikan konflik di internal partai. "Saya memuji Partai Golkar yang memiliki mekanisme penyelesaian problema politik partainya yang terbaik," tuturnya. (Feber S)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar