Berita Utama
08 Juni 2011
Demokrat Hanya Jenguk Nazaruddin
- Tinggal di Rumah Bersama Anak-Istri
JAKARTA - Tim Partai Demokrat ternyata dikirim ke Singapura bukan untuk menjemput Muhammad Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat. Tim itu tak lebih dari sekadar menjenguk untuk mengetahui kondisi kader mereka yang sedang menjadi sorotan publik tersebut.
Ketua Departemen Perekonomian DPP Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana menyatakan, saat bertemu dengan Nazaruddin di Singapura, tim Demokrat tidak membicarakan soal kasus yang membelitnya. Mereka hanya fokus bicara soal sakit yang diderita Nazaruddin. ’’Kami tidak mau bicara yang bolak-balik jadi rumor,” kata Sutan di Gedung DPR, Selasa (7/6).
Sutan mengungkapkan, Nazaruddin merasa kaget ketika mengetahui dirinya dikenakan status pencegahan keluar negeri oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sehari setelah bertolak ke Singapura. ’’Beliau kaget karena belum pernah diperiksa oleh KPK. Dia shock. Dia katakan, Bang, kenapa kok jadi begini? Saya kan belum pernah diperiksa, dan belum pernah jadi saksi apapun,’’ kata Sutan menirukan perkataan Nazaruddin.
Tim Partai Demokrat bertemu dengan mantan Nazaruddin di sebuah rumah makan di Singapura. Pertemuan berlangsung cukup lama, namun hanya membahas soal penyakit yang dideritanya.
”Kami berangkat Jumat pagi dari Batam, ke Singapura naik ferry langsung menginap di Marina Mandarin Hotel. Malam kira-kira pukul 10.00 waktu setempat bertemu dengan yang bersangkutan di sebuah rumah makan. Pertemuan hampir dua jam hanya membahas penyakitnya,” ungkap Sutan Bathoegana.
Sutan mengungkapkan, Nazaruddin merasa kaget ketika mengetahui dirinya dikenakan status pencegahan keluar negeri oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sehari setelah bertolak ke Singapura. ’’Beliau kaget karena belum pernah diperiksa oleh KPK. Dia shock. Dia katakan, Bang, kenapa kok jadi begini? Saya kan belum pernah diperiksa, dan belum pernah jadi saksi apapun,’’ kata Sutan menirukan perkataan Nazaruddin.
Tim Partai Demokrat bertemu dengan mantan Nazaruddin di sebuah rumah makan di Singapura. Pertemuan berlangsung cukup lama, namun hanya membahas soal penyakit yang dideritanya.
”Kami berangkat Jumat pagi dari Batam, ke Singapura naik ferry langsung menginap di Marina Mandarin Hotel. Malam kira-kira pukul 10.00 waktu setempat bertemu dengan yang bersangkutan di sebuah rumah makan. Pertemuan hampir dua jam hanya membahas penyakitnya,” ungkap Sutan Bathoegana.
Tim mengaku kaget saat mengetahui Nazaruddin sakit jantung, sebab selama ini Nazaruddin dikenal cukup bugar.
”Kami juga baru tahu setelah dia berobat ke Singapura. Saya kira medical check up ternyata berobat jantung,” tuturnya.
”Kami juga baru tahu setelah dia berobat ke Singapura. Saya kira medical check up ternyata berobat jantung,” tuturnya.
Menurut Sutan, Nazaruddin memang berkali-kali ke Singapura. Salah satunya dengan tujuan berobat jantung. ”Katanya, sudah berkali-kali ke sana. Nggak disebut kali ke berapa, tapi pas dipanggil Dewan Kehormatan beliau lagi di Singapura,” katanya.
Dia yakin Nazaruddin akan segera pulang ke Indonesia. Terutama jika sudah ada panggilan KPK terkait kasus suap Kemenpora. ”Beliau katakan Insya Allah kalau dokter menyatakan dia sudah sembuh, beliau akan kembali klarifikasi itu semua,” tandasnya.
Lalu, bagaimana sesungguhnya kondisi Nazaruddin di Singapura?
Dia yakin Nazaruddin akan segera pulang ke Indonesia. Terutama jika sudah ada panggilan KPK terkait kasus suap Kemenpora. ”Beliau katakan Insya Allah kalau dokter menyatakan dia sudah sembuh, beliau akan kembali klarifikasi itu semua,” tandasnya.
Lalu, bagaimana sesungguhnya kondisi Nazaruddin di Singapura?
Anggota Komisi VII DPR itu berada di Singapura dengan alasan untuk keperluan berobat jantungnya. Namun, dia dikabarkan tengah duduk manis di rumah pribadinya di Singapura.
Menurut sumber di internal Partai Demokrat, Nazaruddin saat ini tinggal di sebuah rumah bersama istri dan anak-anaknya yang memang belajar di Negeri Singa tersebut. Menanggapi kabar itu, Ketua Departemen Komunikasi Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, tidak membantahnya.
”Bisa saja dia tinggal di rumahnya yang di Singapura. Dia pengusaha bos, bisa saja,” kata Ruhut kepada wartawan, kemarin. Ruhut juga mengakui, Nazaruddin memiliki sejumlah bisnis di Singapura.
”Dia sedang sakit bos. Semalam saya telepon dia masih batuk-batuk. Ya, kita beri kesempatan dia untuk penyembuhanlah,” tutur Ruhut.
Namun, Ruhut mengaku tidak tahu Nazaruddin dirawat di rumah sakit mana selama di Singapura. ”Ya saya nggak tahu, dia nggak mau ngomong,” katanya.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie meminta Nazaruddin segera pulang dan berobat di Indonesia. ”Masyarakat tidak percaya dengan alasan Nazaruddin. Berobat saja di Indonesia, di sini RS juga bagus. RS jantung kita malah lebih bagus dari Singapura. Di sini juga ada dukun,” kata Jimly sambil bercanda usai seminar Melawan Paham Radikal di Indonesia, di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat.
Jimly meminta Nazaruddin beritikad baik karena menurutnya dia belum tentu bersalah. ”Ya pulang saja. Ini belum tentu bersalah. Karena selama ini yang ada hanya statement di media saja, belum tentu bersalah”.
Hingga kemarin Nazaruddin masih berada di Singapura. Dia mengaku sedang sakit jantung dan berada di negara tersebut untuk berobat. Bobot tubuhnya dikabarkan turun hingga 18 kilogram.
Tak Sendirian
Pengamat politik dari UI, Boni Hargens mendesak agar Partai Demokrat mengambil langkah tegas terhadap Nazaruddin. Apalagi Demokrat mengaku sebagai partai yang antikorupsi. ’’Demokrat harus mengambil langkah tegas tanpa basa-basi. Hal itu agar kasus tersebut tidak jadi basi,’’ katanya.
Menurut Boni, langkah tegas bisa dilakukan dengan menonaktifkan Nazaruddin dari DPR dan partai. Namun, dia juga yakin, Nazaruddin tidak bekerja sendirian. ’’Apa benar Nazaruddin sendirian? Bukankah Nazaruddin bekerja untuk kas partai? Bagaimana ini bisa dijelaskan dalam konteks proses hukum Nazaruddin nanti,’’ kata Boni.
Dia menegaskan, bila Demokrat ingin menjadi agen dalam mendorong modernisasi demokrasi politik di Indonesia, maka perlu pembenahan mulai dari dalam. Kader yang tidak bermutu, yang suka membuat blunder, yang kerjanya merusak wacana publik dengan pernyataan yang ngawur dan tidak cerdas harus ditinggalkan.
’’Bersihkan partai dari orang-orang yang malas berpikir namun sering berkelit. Dengan demikian, Demokrat memberi teladan bagi partai lain dan masyarakat politik,’’ tandasnya.
Kerja KPK dalam menangani kasus yang melilit Nazaruddin menjadi indikator tentang bagaimana independensi dan objektivitas KPK di hadapan partai penguasa.
SETARA Institute menyayangkan sikap KPK, yang selain terkesan lambat, KPK justru mengikuti irama para petinggi Demokrat yang mengendur dan protektif. ”KPK bertindak sangat lambat. Terkesan tak berani ambil risiko. KPK hanya mengikuti irama para petinggi Partai Demokrat,” kata Ketua Badan Pengurus SETARA Institute Hendardi dalam siaran persnya, kemarin.
Menurut Hendardi, perubahan sikap Demokrat yang sebelumnya memecat Nazaruddin dari Bendahara Umum DPP terlihat sejak Nazar yang berencana membongkar kasus-kasus yang melilit kader Demokrat. Atas hal ini KPK harus serius menangani kasus Nazaruddin. Jangan korbankan independensi KPK pada dinamika politik internal di tubuh Demokrat.
”KPK dalam hal ini ketuanya Busyro Muqoddas, harus membuktikan kepada publik bahwa dia mampu bertindak tegas dan cepat, bukan hanya bisa menunggu permainan politik yang terjadi atas kasus ini,” katanya.
Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Malang, Mas’ud Said berpendapat, untuk menyelesaikan kasus Nazaruddin dan partainya perlu melibatkan tiga pihak. Yakni, Dewan Pembina Partai Demokrat, KPK dan pihak Nazaruddin yang harus mempunyai kebesaran hati dalam menyelesaikan kasusnya.
’’Kalau KPK sudah bisa menjelaskan secara proporsional masalah ini dan Dewan Pembina juga telah merapatkan barisan, maka dibutuhkan kesediaan Nazaruddin sendiri untuk membeberkan fakta ini, sehingga bisa dipertanggungjawabkan dan masyarakat tidak dibuat bingung,’’ kata Mas’ud.
Dia menambahkan, masyarakat sudah dibuat bingung dengan opini yang berkembang dari sejumlah kader Partai Demokrat. ”Saat ini saya lihat Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum sedang puasa mengomentari masalah ini, dengan puasanya ketua umum, jangan sampai ditunggangi oleh komentar-komentar yang tidak jelas dari kader partai, sehingga masyarakat bisa fokus,” katanya.
Dia menyontohkan, komentar dari sejumlah kader Partai Demokrat seperti Ramadhan Pohan, Ruhut Sitompul serta Max Sopacua bisa membuat masyarakat tambah bingung dan tidak fokus, untuk itu perlu satu suara dalam mengatasi masalah ini. (J22,F4,jo,dtc-35)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar