09 Juni, 2011

Janji Presiden Yudhoyono sekadar Pencitraan

Penulis : Akhmad Mustain
Jumat, 10 Juni 2011 01:30 WIB
ANTARA/Prasetyo Utomo/pj 
Janji Presiden Yudhoyono sekadar PencitraanJAKARTA--MICOM: Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, terkait istri atau anaknya yang tidak akan menjadi calon presiden 2014, dinilai sebagai upaya pencitraan semata.

Pandangan itu diungkapkan Pakar Politik UI Boni Hargens di Jakarta, Kamis (9/6). "Patut kita apresiasi pernyataan presiden tersebut. Namun, sebelum sampai ke sana, barangkali perlu ada penjelasan yang masuk akal kenapa selama ini ada anggota keluarga SBY yang memegang jabatan strategis, baik di pemerintahan dan BUMN," ujar Boni melalui surat elektronik kepada Media Indonesia.

Satu lagi Boni menyontohkan yakni ketika Presiden pernah berjanji menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran, menjamin keamanan dalam masyarakat, kebebasan dan pluralisme. Bahwa faktanya, orang miskin dan pengangguran bertambah, ruang publik dirusaki oleh kelompok radikal, dan kebebasan sipil masih menjadi masalah substansial.

"Kita hormat terhadap kehendak baik Presiden SBY untuk tidak membangun dinasti politik, tetapi apakah komitmen politik dapat diukur dengan kata-kata? Dengan kata lain, haruskah kita percaya pada Presiden hanya karena kata-katanya?," ujar Boni yang saat ini sedang menempuh program doktoral di Jerman.

Namun demikian, publik perlu gembira bahwa SBY tak berniat mengembalikan politik demokrasi yang dibangun dengan darah dan nyawa kepada politik dinasti masa lalu. Yakni ketika istri, anak, ipar, besan, dan menantu bisa bergantian berkuasa.

"Tapi hal ini tak juga berarti istri dan anak Presiden SBY tak bisa menjadi calon presiden. Tiap orang punya hak yang sama dalam demokrasi. Kita harus akui itu. Tetapi demokrasi bekerja dengan standar dan ukuran yang transparan dan diterima umum. Kualitas dan legitimasi publik adalah ukuran paling mendasar," lanjutnya.

Yang tidak diperbolehkan dalam demokrasi, kata Boni, yakni merekayasa orang yang tak berbobot untuk menduduki jabatan politik penting, entah nasional ataupun internal partai, hanya karena bagian dari keluarga penguasa. Boni mengingatkan publik, bahwa anak bungsu SBY Edhie Baskoro Yudhoyono ditempatkan sebagai Sekjen Partai Demokrat.

"Ikatan familial, fraternal, atau kindship bukan determinasi yang demokratis dalam politik. Masalahnya bukan sekadar menghina mereka yang mampu memegang jabatan itu, tetapi lebih serius lagi, membunuh imaginasi publik tentang demokrasi sebagai sistem yang menjamin humanisasi," ujarnya.

Takutnya, ujar Boni, pernyataan SBY tersebut hanya sebagai pencitraan, untuk mengangkat memori publik terhadap Presiden, ketika dalam pemilu-pemilu selanjutnya akan menjadi modal politik bagi anggota keluarganya untuk maju.

"Kalau yang hebat-hebat terus yang dibicarakan, ada proses hebatisasi di alam bawah sadar, sehingga semua yang tak becus juga bisa dianggap hebat. Modal pencitraan, yang sangat kontras dengan pemimpin Orde Baru, yang banyak melibatkan anggota keluarganya dalam segala aspek pemerintahan," tegas Boni. (Mad/OL-2) 

http://www.mediaindonesia.com/read/2011/06/10/232773/284/1/Janji-Presiden-Yudhoyono-sekadar-Pencitraan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar