POLITIK - PILPRES                   Jum'at, 10 Juni 2011 , 06:32:00 Presiden SBY. Foto: AFP/File/Romeo Gacad PENGAMAT politik  Andrinof A.Chaniago mengatakan, dalam pidato itu SBY sebenarnya bukan  menutup kemungkinan pencalonan istrinya, Ani Yudhoyono, dalam pilpres  2014. SBY hanya berusaha menegaskan komitmentnya terhadap proses  demokrasi yang terbuka dan kompetitif. Dalam konteks itu, ujar Andrinof,  SBY selaku orang yang tengah berkuasa, tidak hendak mencampurinya. "Kalau seandainya nanti ada yang mempersiapkan atau meminta istrinya  (Ani Yudhoyono, Red) maju sebagai capres ya tidak salah. Tapi, SBY ingin  menyampaikan bahwa dia tidak akan mendorong atau mempersiapkan itu.  Biarkan saja pasar yang menentukan," jelas Andrinof yang ikut hadir  dalam acara Young Leader Forum. Dengan demikian, menurut Andrinof, tidak ada jaminan keluarga SBY,  terutama Ani Yudhoyono, pasti tidak maju dalam pilpres 2014. "SBY kan  tidak bilang akan menghalangi kalau ada yang mendorong pencalonan istri  atau anaknya. Jadi, masih membuka tafsiran ke arah sana," ujar dosen  politik dan kebijakan politik Fisip UI, itu. Meskipun begitu, Andrinof  menyebut capres Partai Demokrat masih mungkin datang dari mana saja. Selain Ani Yudhoyono, di internal Partai Demokrat sendiri, sudah  digadang -gadang ketua umumnya, Anas Urbaningrum. Dari eksternal, juga  sudah ramai disebut -sebut nama Letjen Pramono Edhi Wibowo. Adik Ani  Yudhoyono itu sekarang menjabat Panglima Komando Strategis Angkatan  Darat (Pangkostrad). Di luar itu, mulai muncul nama mantan Menteri Keuangan yang kini menjadi  Managing Direktur IMF Sri Mulyani dan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud  MD. Dua nama terakhir ini dilontarkan oleh anggota Dewan Pembina Partai  Demokrat Ahmad Mubarok usai Seminar Nasional di FISIP Unair Surabaya, 3  Juni lalu. "Jadi, bisa dari mana saja. Kalau itu memang hasil proses politik yang  demokratis. Termasuk di Partai Demokrat, siapa saja yang berpotensi bisa  maju," kata Andrinof. Secara terpisah, pengamat politik Boni Hargens mengapresiasi niat  Presiden SBY yang tak ingin mengembalikan rezim politik demokrasi kepada  rezim politik dinasti masa lalu. "Di mana istri, anak, ipar, besan, dan  menantu bisa bergantian berkuasa," katanya. Namun, lanjut Boni, hal itu  tidak berarti istri dan anak presiden SBY tak bisa menjadi calon  presiden. "Tiap orang punya hak yang sama dalam demokrasi. Kita harus  akui itu," ujarnya. Yang tidak diperbolehkan dalam demokrasi, tegas Boni, adalah merekayasa  orang yang tak berbobot untuk menduduki jabatan politik penting, baik di  level nasional, lokal, ataupun internal partai, hanya karena bagian  dari keluarga penguasa. Meski begitu, Boni berharap Presiden SBY tidak  sebatas lips service atau basa basi politik. "Sekali lagi kita hormat terhadap kehendak baik Presiden SBY untuk tidak  membangun dinasti politik, tetapi apakah komitmen politik dapat diukur  dengan kata-kata," tandas Boni. Lembaga survei Indo Barometer pada 4 September tahun lalu, sempat  menguji secara bergantian tingkat elektibilitas Anas Urbaningrum dan Ani  Yudhoyono dengan sembilan tokoh yang dipandang juga berpotensi menjadi  kandidat capres. Di antaranya, Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto,  Wiranto, Aburizal Bakrie, Muhaimin Iskandar, Surya Paloh, Hatta  Radjasa, Suryadharma Ali, dan Luthfi Hasan Ishaaq. Survei itu dilakukan  pada 9 "20 Agustus 2010. SBY sengaja tidak diikutkan, karena terkena  batasan konstitusi maksimal dua periode. Hasilnya, saat nama SBY diganti dengan Ani Yudhoyono, tiga besar capres  yang paling banyak dipilih adalah Megawati (21,8 persen), Prabowo  Subianto (15,5 persen), dan Wiranto (8,7 persen). Ani Yudhoyono hanya di  urutan enam dengan 3, 4 persen. Sewaktu nama SBY diganti dengan Anas Urbaningrum, hasilnya juga tidak  terlalu jauh berbeda. Tiga besar capres yang paling banyak dipilih tetap  Megawati (22,1 persen), Prabowo Subianto (15,9 persen), dan Wiranto  (8,8 persen). Anas duduk di peringkat tujuh dengan 2,6 persen. "Partai  Demokrat memang masih harus bekerja keras untuk meng "upgrade tokoh  "tokohnya," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari. (pri)  | 
09 Juni, 2011
SBY Tidak Menyiapkan, Bukan Menghalangi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar