20 Maret, 2013

Rabu, 20 Maret 2013 10:03 WIB 

Junaedi/Ali Akbar Batubara — HARIAN TERBIT


demo-desak sby-boediono-mundurJAKARTA– Kalangan aktivis tak peduli dengan pernyataan Kepala Badan Intelejen Nasional (BIN) yang menyebut aksi 25 Maret akan menggulingkan Presiden SBY. Mereka menyatakan tidak takut menggulingkan SBY, karena bertujuan membela rakyat.

“Betul, kami akan menggulingkan SBY dan Boediono karen sudah tidak becus memimpin negeri ini,” kata Adhie M Massardhie, salah satu tokoh yang ikut menggerakkan aksi pada 25 Maret itu.
Hal senada disampaikan Ketua Presidium Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI), Ratna Sarumpaet, menurutnya, aksi 25 Maret yang akan menggulingkan SBY, tidak melanggar konstitusi. Aksi tersebut adalah murni kehendak rakyat Indonesia karena SBY melanggar konstitusi.

Menurutnya, SBY-Boedion pantas digulingkan karena kebijakannya yang inkonstitusional dengan membuat ratusan undang-undang yang berkiblat pada asing adalah sebuah bentuk pelanggaran konstitusi. “Apakah rakyat demo menggulingkan Presidennya melanggar konstitusi?” tanya Ratna.

Adhie, yang juga Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie Masardi mengemukakan, aksi turun ke jalan meminta SBY mundur sebenarnya sudah sering dilakukan, namun SBY selama ini tidak peka terhadap aspirasi masyarakat.

“Rakaian aksi demo yang tidak mendapat tanggapan itu tentu saja menimbulkan jonflik yang begitu besar terhadap SBY. Untuk itu pada tganggal 25 Maret rakyat meminta SBY-Boediono turun saja dari jabatannya karena sudah tidak pantas lagi menjadi pemimpin. Saat ini kemiskinan terus bertambah, koruptor merajalela,” kata Adhie.

Sementara itu, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen TNI Marciano Norman, sudah mengetahui akan adanya aski untuk turunkan SBY pada 25 Maret. Meski demikian pemerintah tak khawatir dengan aksi pada 25 Maret mendatang. “Paling seperti aksi biasanya,” katanya.

Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi menyarankan, agar aktivis yang tergabung dalam MKRI yang ingin kudeta atau menggulingkan Pemerintah SBY, agar ikut Pemilu 2014. “Ya sabarlah (menunggu pergantian pimpinan negara) lewat pemilu, ikut pemilu ajalah,” ujar Sudi di Istana Kepresidenan, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (19/3).

Seperti diketahui, belakangan ini kabar santer menyebutkan bahwa akan ada aksi menggulingkan Pemerintah SBY-Boediono oleh sejumlah aktivis yang tergabung dalam Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI).
MKRI ini berencana akan menggelar aksi massa pada 25 Maret mendatang. Sebelumnya, MKRI melayangkan ultimatum pada Presiden SBY pada 20 Februari 2013 dengan batas waktu hingga 24 Maret 2013 mendatang agar melakukan nasionalisasi migas dan tambang, memprioritaskan penuntasan kasus korupsi besar seperti skandal bailout Century, BLBI, Hambalang, dan kasus lawas IT KPU.

Selain itu, MKRI juga menuntut pemerintah menghentikan liberalisasi impor, menurunkan harga bahan pokok, dan menghentikan segala bentuk kekerasan serta pelanggaran HAM. Sejumlah aktivis yang tergabung dalam MKRI ini diantaranya adalah Fuad Bawazier, Adhie Massardi, Boni Hargens, Harry Roesli, dan Ratna Sarumpaet serta beberapa tokoh lainnya. 

MINTA DIKASIHANI

Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengemukakan, isu kudeta itu hanya ingin SBY dikasihani oleh rakyatnya. “SBY mengada-ada. Dan karena sudah berulang kali, saya pikir rakyat Indonesia sudah tidak peduli. Bahkan dari sisi ilmu psikologi, tindakan SBY tersebut merupakan gejala orang yang ingin dikasihani. Sehingga cenderung menciptakan kondisi ketertindasan supaya orang lain kasihan dan akhirnya memunculkan dukungan,” ujar Din usai meresmikan Gedung Multiguna di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta, Selasa (19/3).

Ketua Aliansi Perubahan Dr Rizal Ramli mengemukakan, tudingan bakal adanya kudeta atau usaha menggulingkan pemerintahan SBY hanya pepesan kosong. Pejabat pemerintah dan SBY sendiri diminta tidak mengembangkan isu kudeta ini hanya untuk menarik simpati rakyat.

Rizal Ramli yakin isu penggulingan SBY yang diungkapkan untuk kelima kalinya merupakan informasi murahan yang didramatisasi. Menurut dia, harusnya SBY bisa menerima perbedaan, tidak lantas menjadikan hal itu sebagai lawan politik.

Dia meyakini, warga sipil tak akan mungkin melakukan kudeta, karena itu hanya bisa dilakukan oleh aparat militer. “SBY jangan menciptakan bayangan ketakutan sendiri,” katanya. 

Editor — Maghfur Ghazali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar