Parah, Perilaku Bolos DPR
OPINI | 18 May 2013 | 22:17
Jelang Pemilu 2014, para anggota DPR mulai sibuk berbenah serta menyiapkan diri untuk persiapan pencalegan dirinya agar bisa maju kembali sebagai anggota dewan di masa berikutnya. Namun dengan sibuknya anggota DPR menyiapkan diri di tengah pencalegannya, mereka seakan lupa jika mereka saat ini masih menyandang status sebagai wakil rakyat di parlemen dan seakan-akan lupa tugas serta tanggungjawabnya sewaktu disumpah menjadi anggota DPR, demikian Pengamat Politik Universitas Indonesia, Ibramsjah mengkritisi perilaku bolos anggota DPR. Menurutnya, perilaku bolos anggota DPR sudah menjadi kebiasaan anggota DPR. Ini sudah budaya dan bukan perilaku baru. Bolos adalah penyakit kambuhan. Para anggota DPR, sekarang sudah kehilangan rasa malu. Hal ini terjadi karena mereka tidak mengerti apa fungsi mereka sebagai anggota DPR. Mereka jadi anggota DPR bukan pengabdian tetapi karena mau cari proyek.
Jika partai politik tidak dapat menindak tegas para kadernya untuk bisa bersikap baik layaknya anggota DPR maka sama saja partai melakukan pembiaran terhadap kadernya sendiri. Terlebih lagi partai politik juga harus melihat jika ingin kader terbaiknya duduk di parlemen maka partai juga harus bergerak dengan memberikan tindakan. Untuk itulah mengajak kepada para pemilih di Indonesia untuk tak memilih lagi anggota DPR yang kembali nyaleg pada Pemilu 2014 nanti. Mereka jangan dipilih lagi karena kerjanya tidak becus.
Hal senada, disampaikan Pengamat Politik Boni Hargens bahwa anggota DPR yang sering membolos dalam sidang-sidang merupakan cermin wakil rakyat yang tidak bertanggungjawab. Mereka harus memperjuangkan kepentingan rakyat dalam sidang-sidang di DPR, ini sangat penting. Anggota DPR bukan karyawan yang harus absen datang pagi dan absen pulang sore. Anggota DPR dapat dinilai dari tingkat kehadiran dalam persidangan-persidangan. Kalau sering tidak masuk, buat apa dia jadi anggota dewan. Anggota DPR, harus selalu hadir dalam menjalankan fungsi-fungsi legislasi, budgeting maupun kontrol, sehingga masyarakat yang diwakilinya merasa terwakili aspirasinya. Sedangkan, media massa memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat terhadap anggota DPR yang hobi membolos. Biar masyarakat tahu kinerja wakilnya. Anggota DPR yang sering tidak masuk harus diberi sanksi yang paling keras dan pimpinan DPR menyerukan agar DPR menaati aturan yang sudah ada.
http://politik.kompasiana.com/2013/05/18/parah-perilaku-bolos-dpr--557328.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar