05 Juli, 2013


CAPRES
Akseptabilitas Wiranto-Hary Rendah

Boni Hargens, Pengamat Politik Universitas Indonesia (UI)
Jumat, 5 Juli 2013


JAKARTA (Suara Karya): Tingkat akseptabilitas dan elektabilitas Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo sebagai capres dan cawapres sangat rendah. Di samping itu, tidak adanya dukungan yang kuat dari internal Partai Hanura diperkirakan bakal makin melemahkan posisi keduanya dalam persaingan capres dan cawapres pada Pemilihan Presiden 2014.

Demikian pendapat yang disampaikan pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Boni Hargens, di Jakarta, Kamis (4/7). Menurut Boni Hargens, mengusung Wiranto-Hary dalam Pemilu 2014 sebagai cermin ambisi yang berlebihan dari sejumlah pihak di Partai Hanura yang tidak sesuai dengan keinginan mayoritas kader Hanura. "Kadar akseptabilitas pasangan ini rendah di internal partai dan juga di masyarakat pemilih," katanya.

Boni bahkan memprediksi, Partai Hanura akan sulit meraih suara di atas empat persen dalam Pemilu 2014. Menurut dia, masuknya Hary Tanoe di Hanura memang berdampak pada keuangan partai, namun tidak akan meningkatkan simpati publik.

"Mungkin saja, kapital politik Hanura meningkat setelah HT bergabung. Tetapi, akseptabilitas dan elektabilitas tidak bisa dibangun dalam semalam, meski dengan kekuatan dana dan jaringan media massa yang memadai," katanya.

Selain itu, menurut dia, Hanura tidak bakal mampu meloloskan capres dan cawapres dalam Pemilu 2014. "Hanura nggak bakal mampu mencapreskan siapa-siapa. Cawapres bisa saja diusulkan, tetapi harus dalam bentuk koalisi. Pemikiran Hanura bisa masuk posisi dalam tiga besar partai pemenang pemilu hanya utopia," ujarnya.

Dia juga menyebutkan bahwa optimisme yang diperlihatkan pasangan Wiranto dan Hary Tanoe hanya untuk meramaikan demokrasi saja. "Soal optimisme Wiranto-Hary Tanoe, itu sah-sah saja. Itu bagian dari pesta demokrasi. Kan, harus ada yang ikut meramaikan," katanya.

Mantan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Hanura yang dilengserkan Wiranto, Yuddy Chrisnandi, mengungkapkan, banyak kader Hanura yang mempertanyakan pencalonan Wiranto dan Hary serta menuding Partai Hanura mulai bersikap pragmatis.

"Yang disampaikan Pak Fuad (Bawazier) itu memang sesuai konstitusi partai. Dalam konstitusi, untuk keputusan strategis seperti pilkada, capres dan cawapres harus melalui rapimnas," kata Yuddy.

Ketua DPP Partai Hanura Saleh Husin membantah penetapan capres dan cawapres Wiranto-Hary Tanoe melanggar anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD-ART) partai. Menurut dia, keputusan menetapkan Hary Tanoe sebagai cawapres adalah hak Wiranto yang diberi mandat oleh rapimnas.

"Pada rapimnas tahun 2012, Pak Wiranto ditetapkan sebagai capres. Ketika itu, rapimnas juga memberikan mandat penuh kepada Pak Wiranto untuk menentukan sendiri siapa calon pendamping yang layak," katanya.

Keputusan rapimnas itulah yang, menurut Saleh, menjadi pegangan Hanura dan membenarkan penetapan Hary Tanoe sebagai cawapres.

Saleh menilai, Wiranto punya pertimbangan sendiri dalam memilih Hary Tanoe sebagai cawapresnya. Namun, ia enggan disebut bahwa Hary Tanoe orang baru yang "melompat" menjadi cawapres. "Partai Hanura ini baru, Yuddy (Chrisnandi) juga baru (bergabung). Beda dengan partai lain yang sudah lama. Jadi, kita memang sedang sama-sama membangun," ujarnya.

Terkait dengan adanya ketidakpuasan seperti yang disuarakan Ketua DPP Partai Hanura Fuad Bawazier yang menentang pencapresan Wiranto-Hary karena tak sesuai AD-ART, menurut Saleh wajar saja. "Pak Fuad kita hormati sebagai senior. Ada pendapat beda itu sah-sah saja. Nanti kita bicarakan bersama," kata Saleh.
(Feber S/Kartoyo DS/Antara/Rully)

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=329978


Tidak ada komentar:

Posting Komentar