20 Mei, 2011

Serang SBY, Siapa Beking Petisi 28?



Headlines | Fri, May 20, 2011 at 06:03 | Jakarta, matanews.com

PETISI 28 kembali ‘menyerang’ Presiden SBY. LSM ini menuding sang presiden penipu karena diduga telah memanipulasi kekuasaannya untuk menekan proses hukum di KPK. Benarkah ada ‘orang kuat’   di belakang sehingga Petisi 28 selalu keras menyerang SBY? 

“Tidak ada. Kami bersuara karena keyakinan kami pada isi petisi dan rasa idealis untuk berkontribusi bagi kebaikan negeri ini,” ungkap aktivis Petisi 28 Haris Rusly Moti menjawab matanews.com di Jakarta, Jumat 20 Mei 2011. 

Ia pun menyebutkan ekses dari manipulasi kekuasaan yang dilakukan Presiden itu, membuat kasus demi kasus dugaan korupsi yang melibatkan lingkjat kekuasaan tak pernah sampai ke pengadilan. 

Kondisi itu,tambahnya, membuat tindak pidana korupsi di lingkar kekuasaannya terus lahir secara 'generasi ke generasi'. 

“Kasus dugaan korupsi generasi berikut biasanya dipakai sebagai media untuk menutup dugaan korupsi generasi pertama. Skema seperti itu terus berulang," ungkap Haris Rusly. 

Petisi 28 juga dengan tegas mengatakan semua dugaan korupsi generasi baru seperti kasus Sesmenpora dan pembelian pesawat MA-60 untuk Merpati bertumpu pada SBY.

“SBY penipu, menipu rakyat. Korupsi generasi baru ini usaha lain dari cara SBY untuk menutupi korupsi generasi lamaseperti mafia kasus, skandal Century, dan lain-lain," tambah Haris Rusly.

Tidak takutkah Petisi 28 dengan tudingannya itu.

“Bersuara untuk perbaikan mengapa harus takut. Dan tidak ada siapa pun yang mem-back-up kegiatan kami. Dan Kami tidak takut karena sudah biasa menjadi orang terancam dan diancam. Dan kami siap dengan segala konsekuensi," tegas Haris Rusly.

Petisi 28 adalah sebuah LSM yang beranggotakan organisasi dan individu yang didirikan pada  28 Oktober 2009 atau beberapa hari setelah Presiden SBY dilantik.

Individu yang bergabung di LSM ini antara lain Adhie Massardi dan Boni Hargens. Haris Rusly menyebutkan setidaknya ada 33 organisasi yang ikut dalam Petisi 28. Mereka semua berdiri sejajar. “Tak ada juru bicara atau koordinator,” kata Haris. (egh/ham)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar