SBY Ketum, Demokrat Kembali ke Politik Tradisional
oleh Yoga Guritno
Posted: 28/03/2013 09:24
Liputan6.com, Jakarta : Menjelang Kongres Luar
Biasa (KLB) yang akan digelar Partai Demokrat di Bali akhir Maret ini,
nama SBY semakin santer disebut sebagai calon kuat pengganti Anas
Urbaningrum. Namun, bila memang SBY yang terpilih menjadi Ketum, maka
hal itu dinilai sebagai kemunduran Partai Demokrat."Ini arus mundur, kembali ke politik tradisional. Patronase. SBY jadi patron tunggal," ujar pengamat politik dari Universitas Indonesia Boni Hargens dalam pesan singkatnya di Jakarta, Kamis (28/3/2013).
Bahkan, kata Bonie, bila sebelum sah menjadi Ketum tapi SBY menerima usulan itu, maka menunjukkan suatu arogansi dari sosok Presiden RI itu. "Tapi harus dipahami juga bahwa itu mencerminkan, Demokrat memang tidak punya tokoh yang bisa diterima semua selain SBY," kata Boni.
"Itu satu aspek. Tapi aspek paling serius, PD jadi partai dinasti. Tanpa SBY, PD mati, demokrasi sudah tidak jalan kok di partai itu. Semua sujud pada SBY, semua serba SBY," imbuhnya.
Sehingga, menurut Boni, Demokrat tidak dibangun untuk berbasis organisasi tapi hanya berbasis tokoh, yakni SBY.
Berdasarkan patronase tunggal SBY, jelas dia, terdapat suatu konsekuensi serius yang dapat ditelan oleh Demokrat bila SBY tidak lagi berkuasa, yaitu besar peluang partai ini mati.
"Apalagi sekarang di tengah badai korupsi, sosok SBY pun tak lagi memesona di mata publik. PD makin kesulitan dukungan di Pemilu nanti," terangnya.
Kemudian, lanjut Bonie, dengan SBY menjadi Ketum, maka Demokrat dapat melewati ambang batas Pemilu. "Itu satu-satunya keuntungan."
Namun, Bonie menegaskan bahwa tanpa adanya sosok SBY, Partai Demokrat akan mati dan azas demokrasi di partai yang memenangkan Pemilu 2009 itu dinilai sudah tidak lagi berjalan. (Mut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar