
pengamat politik UI Boni Hargens - (Foto : istimewa)
Oleh: Agus Rahmat
nasional - Jumat, 31 Mei 2013 | 09:31 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Soal penaikan harga bahan bakar minyak (BBM), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kembali berbeda pandangan terhadap Sekretariat Gabungan (setgab).
Sikap PKS yang berbeda itu harus dikongkretkan. Tidak sekadar membangun imej ke publik bahwa PKS tidak sepaham dengan penaikan harga BBM bersubsidi.
"Aneh bagi saya kalau PKS tidak keluar koalisi," ujar pengamat politik UI Boni Hargens kepada INILAH.COM, Jumat (31/5/2013).
Menurutnya, PKS lebih baik memainkan posisi sebagai oposisi. Ini adalah momentum yang baik bagi PKS untuk tegas mengambil sikap. "Meski telat, toh enggak memalukan juga kalau keluar sekarang," katanya.
Boni beralasan, selama bergabung dalam Setgab, PKS sering menjadi partai yang tidak dianggap. PKS hanya menjadi partai yang disepelekan. Bahkan, tidak jarang menjadi sasaran untuk diserang.
"PKS sudah dihajar habis-habisan, tapi masih bertahan, itu hal yang tidak masuk akal," katanya.
PKS secara tegas menolak penaikan BBM. Termasuk Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Spanduk PKS telah menyebar di sudut-sudut kota, menolak penaikan harga BBM.
Beberapa politikus dan kader menginginkan PKS hengkang dari koalisi. Namun, Majelis Syuro selaku penentu kebijakan, memutuskan bertahan. [rok]
http://nasional.inilah.com/read/detail/1995051/aneh-pks-bertahan-di-koalisi#.UagzCNhgKml
Suka2 PKS dong mau kemana..mending PKS udang kerja buat rakyat...lha klo pengamat politik kerjanya apa..? Indonesia butuh pekerja bukan skedar pengamat...
BalasHapus